My Pena



“Waktu Terakhirku”
Teng... Teng... Teng
Waktu telah menunjukkan pukul 00:00, tetapi aku masih belum bisa terlelap. Aku masih terbayang akan perkataan dokter Nizam tadi sore bahwa umur ku tinggal beberapa bulan.Aku belum siap meninggalkan dunia ini, aku masih ingin hidup lebih dari itu, tapi apa guna aku tak kuasa kanker yang menggrogoti tubuh ku telah stadium akhir. Aku telah mengikuti semua saran dokter Nizam untuk kemoterapi tetapi hasilnya pun kanker itu tetap saja menyebar.

Tok.. tok.. tok.. “bangun sayang” suara ibuku membangunkan ku dari tidur gelisah ku..
“Iya ma,. Felisha udah bangun kok” seru ku dari dalam kamar.
“Yaudah kamu mandi ya, mama tunggu di ruang makan” sahut ibu ku dari depan pintu.
“Iya Ma” kata ku.
Aku masih malas-malasan diatas kasur, tetapi jam meja pemberian sahabat ku telah menunjukkan pukul 05:30, aku harus cepat mandi agar tidak terlambat ke kampus. Setelah mandi aku cepat ke ruang makan soalnya keluarga ku telah menunggu ku. Di ruang makan kami berbincang seru hingga aku sejenak melupakan penyakit ku.
“Emm,.. Ma, Pa Felish berangkat dulu ya.. udah siang nih!” pamitku
“Lho, kamu gak bareng kak Reka?” tanya Papa
“Oh, gak usah Pa, aku mau mampir kerumah Naomi dulu” sahutku
“Oh yaudah, hati-hati ya!” pesan papa sembari mengecak-acak rambutku yang ku sisir rapi.
Sebelum aku ke kampus aku mampir dulu ke rumah Naomi, dia adalah sahabat ku sejak SMP. Tetapi saat dijalan aku bertemu Dyo cowok oriental Indo-Korea yang telah 2 tahun ini mencuri hatiku.
“Hay Chagi, mau kemana?” tanya dyo sembari melepas helm yang menutupi paras tampannya.
“Mau kerumah Naomi nih” jawabku ke Dyo
“Aku antar ya?” Pinta Dyo ke aku
“Gak usah, aku bisa sendiri kok, lagian aku mau ketoko buku dulu sebelum kekampus sama Naomi” sahutku
“Tapi kan kamu.....” kata Dyo.
Sebelum Dyo melanjutkan kata-katanya aku memberi isyarat pada Dyo dengan jari telunjuk ku di depan mulut manis nya, tanda aku tidak mau dengar kelanjutan kata-kata Dyo yang telah aku tau apa yang mau Dyo katakan.
“OK, aku tau chagi..” ucap Dyo tanda mengerti.
Aku memang sakit, tetapi aku tidak ingin orang lain mengkhawatirkan ku karena penyakit ku ini, aku berusaha tegar didepan semua orang, tetapi aku tumbang dihadapan Dyo, aku tak bisa menyembunyikan air mata ku dari Dyo, Dyo tidak hanya membuat aku tertawa, tetapi Dyo juga piawai membuat air mata ku tumbang.

Tak terasa aku telah berada didepan pagar hitam yang menghiasi rumah mewah Naomi.
“Naomi, nyet”... Salam ku sambil mengetok pintu rumah Naomi
“Iya..” jawab mbak Inah, pembantu Naomi dari dalam rumah
“Naomi nya ada mbak?” tanya ku pada mbak Inah
“Eh mbak Felish, ada kok mbak tapi...” jawab mbak Inah menggantung
“Tapi apa mbak? Belum bangun ya??” sahutku
“Iya mbak,.” Jawab mbak Inah
“Alah, kalo itu sih aku gak heran mbak, emang kebiasaannya Naomi kalo gak ada kuliah pagi kan gitu molor mulu” jawab ku dengan santai
“Iya mbak, ya sudah silahkan duduk mbak, Mbak Felish mau minum apa?” tanya mbak Inah
“Ahh, gak usah mbak, tadi dirumah abis sarapan kok masih kenyang, Oh ya Naomi udah dibangunin kan?” sahut ku.
“Sudah kok mbak, baru mandi.” Jawab mbak Inah
“Oh, yaudah kalo gitu” seruku
“Maaf mbak, saya mau tanya, mbak Felish kan sakit tapi kok masih seger aja si?” tanya mbak Inah mengagetkan ku
“Lha kalo aku sakit harus bed reast gitu? Gak kan, ini waktu-waktu terakhir ku mbak, aku gak mau kehilangan moment-moment ini sama Naomi,” jawabku simpel
“Aduh maaf mbak, saya gak bermaksud buat mbak Felish sedih” ucap mbak Inah merasa bersalah
“Aah Woles aja mbak, kaya sama orang lain aja” sahutku
“Eh pagi bener loe ke rumah gue Non,” Sapa Naomi sambil cipika-cipiki
“Eh gue kalo janjian gak pernah ngaret kali, soalnya gue punya jam,!” jawab ku
“Sialan loe nyet” kata Naomi sambil makan brownies kesukaannya
“Ah, kelamaan loe, cabut sekarang, jangan makan aja!” sahutku sambil narik tangan Naomi
Setelah dari BookStore, kita langsung meluncur ke kampus soalnya jam tangan ku udah menunjukkan waktu pukul 09:15 padahal aku ada kuliah jam 10:00.
“Eh nyet, gue langsung ke kelas ya, gue mau ngecek email dari abang gue nih,.” Kata Naomi
“Iya deh, sukses ya buat kerjaan loe!” ucap ku

Kring,.. Kring,..
Akhirnya jam kuliah selesai, dan perut ku sudah berdemo, lalu  aku memutuskan pergi ke kantin untuk mengganjal cacing ini dengan sedikit cemilan.
“Chagi, kamu udah disini aja!” bentak Dyo sedikit mengagetkan ku
“He’em, aku laper makanya aku kesini, kamu udah kelar?” jawabku
“Udah, kok.. kamu mau pulang kapan? Aku antar ya!” ajak Dyo
“Abis ini” jawabku singkat
Tiba-tiba aku batuk dan memuntahkan darah di tisu yang aku pakai untuk menutupi mulut ku, tetapi aku berusaha untuk menyembunyikannya dari Dyo.
“Kamu kenapa, Fel?” tanya Dyo
“Emm, enggak papa kok” jawabku
“Kalo gak papa kok wajah mu pucat, terus kenapa tu mulut mu kok ada bekas darah ya?” cecar Dyo
“Enggak papa, udah kamu gak usah cerewet, anter akupulng sekarang ya!” pinta ku
Dengan kecepatan tinggi Dyo melaju menyusuri jalan dengan kepanikan yang tinggi. Aku bisa melihat nya dari tatapan mata Dyo, dan genggaman nya seakan membuat isyarat pada ku agar aku tidak meninggalkannya. Setelah sampai dirumah aku langsung pergi kekamar tanpa mengucapkan apapun pada Dyo, dan tanpa melihat mama ku yang berdiri didepan pintu menyambut kedatangan ku.
“Siang tante..” sapa Dyo pada mamaku yang kaget melihat ku
“Iya, itu si Felish kenapa kok pulang-pulang wajahnya pucat si?” tanya mamaku ke Dyo
“Saya juga kurang tau tante, soalnya tadi waktu di kantin, dia batuk-batuk terus wajahnya pucat, aku tanyain dia bilang gak papa, terus dia minta anterin pulang aja.” Jawab Dyo menjelaskan
“Kok aneh ya, ada apa ya?” tanya mama ku bingung
“Saya kurang tau tante, yaudah saya mau pulang dulu tante, nanti malem Dyo main kesini lagi aja!” kata Dyo sekalian pamit ke mama
“Iya udah, makasih ya Nak, hati-hati di jalan ya!” pesan mama
Setelah Dyo pulang mama ku pergi kekamarku untuk mengetahui keadaan ku.
“Sayang, kamu gak papa Fel?” tanya mama
“Gak papa kok ma, Lisha Cuma butuh istirahat aja!” jawabku
“Yaudah kalo gitu mama tinggal ya!” ucap mama sambil menutup pintu kamarku
Tak terasa udara malam membangunkan ku dari tidur santaiku
“Mbak Inah, mbak..” teriak ku memanggil mbak Inah
“Iya mbak?” jawab mbak Inah sambil membuka pintu
“Tolong siapkan air hangat ya, aku mau mandi!” pinta ku
“Iya mbak, tunggu sebentar” ucap mbak Inah
Sembari menunggu mbak Inah, aku buka HP dulu, ternyata ada BBM dari Dyo,tanya keadaan ku, dan Dyo bilang mau kerumah.
“Airnya sudah siap mbak” kata mbak Inah
“Iya, makasih ya mbak!” ucapku
Setelah aku mandi aku merasa badan ku kaku, bukanya fresh.
“Ma,Pa, Kak Reka!” teriakku
“Kenapa sayang,?” tanya mama
“Badan ku gak bisa dibuat bergerak ma, kaku semua” jawabku
“Yaudah kita ke RS sekarang, Reka siapkan mobil” perintah papa
“Siap pa” ucap kak Reka
Saat sampai di RS aku telah tak sadarkan diri. Mama, Papa, kak Reka yang menunggui ku di depan ICU tampak cemas
“Gimana keadaanya Felisha, tante.. Om?” tanya Dyo dan Naomi
“Kita lagi nunggu dokter keluar” jawab mama
Setelah sekian lama menunggu dokter Nizam keluar dari ruang ICU dan memberitahu keadaanku kepada keluarga ku.
“Gimana dok?” tanya papa
“Felish keadaanya memburuk pak, kita hanya bisa berdo’a agar tuhan memberikan mukjizat pada Felish.” Ucap dokter Nizam
Saat mendengar hal itu keluarga ku, Dyo dan Naomi sangat terpukul air mata pun jatuh di pipi mama yang halus. Tak lama kemudian aku sadar dan meminta pada suster agar mengizinkan keluarga ku, Dyo dan Naomi untuk masuk.
“Ma,Pa,Kak Reka, Dyo, Naomi.. kalian jangan sedih ya, jika kalian nangis aku akan pergi dengan kesedihan” ucapku
“Kita gak sedih kok Lish” kata Kak Reka sambil tersenyum
“Ma,Pa.. aku bangga bangetdilahirkan sebagai anak mama sama papa” ucapku pada mama dan papa
“Iya sayang, Mama sama Papa juga bangga banget punya anak kaya Felish kok” Ucap mama
“Kak Reka, kalo aku pergi kak Reka jangan sedih ya, aku pasti rindu sama kak Reka, kalo kak Reka kangen sama aku, kak Reka pergi ketempat biasa kita pergi ya!” pesan ku pada kak Reka
“Lish, kamu gak boleh ngomong kaya gitu ya, kamu harus berjuang seperti janjikita dulu, katanya kalo kamu udah jadi sarjana, kita mau ngrayain di pulau jeju kan?” kata kak Reka menyemangatiku
Dan aku hanya bisa tersenyum akan tetapi air mata ku telah membasahi pipi ku
“Naomi, aku bangga banget punya sahabat kaya kamu, nyet. Aku sayang banget sama kamu” kata ku ke Naomi
“Iya, nyet gue juga sayang sama loe, loe harus kuat ya, kita bakal wisuda bareng kan ya” ucap Naomi
“Chagi, saranghamnida.. aku saa..yang banget sama kamu, kamu harus kuat dan gak boleh nangis ya, kalo aku pergi. Kita bakal ketemu lagi kok!” pesan ku ke Dyo
“Iya, chagi aku juga sayang banget sama kamu. Kamu harus kuat ya” jawab Dyo
Saat aku mengucapkan kata-kata itu aku sadar waktu ku sudah habis, dan aku sudah tidak mampu berjuang, karna kanker darah ku telah menyebar. Aku tak bisa menahan rasa sakit ini.
Setelah aku mengucapkan kata-kata terakhir itu, aku sudah tidak lagi merasakan sakit di tubuh ku, karna aku telahpergi untuk selama-lamanya.
Dan dari kejauhan aku melihat tubuh ku telah memakai gaun impian ku, yang ingin aku kenakan saat aku nikah dengan Dyo nanti. Tetapi rencana tuhan lebih indah. Saat itu pula lah aku melihat Mama,Papa,Kak Reka,Naomi,dan Dyo berada di dekat tubuh kaku ku, dan tetesan air mata telah membasahi wajah mereka, begitu pun Dyo sesekali terlihat mengis, tetapi dia berusaha mengusap air mata nya. Dan saat tubuhku telah tertimbun tanah, dan diatasnya tertulis “R.I.P FELISHA NATALY PARKER” aku bangga karna aku telah menyelesaikan tugas ku di bumi. J
#The End#
DILEMA

Cinta???
Apa itu cinta?.... Aku tak pernah merasakannya. Hanya kasih sayang semu yang bisa aku dapat dari kedua orang tua ku.
Namaku Alika Sabrina Zafran. Umurku baru 17 tahun, dan itu artinya aku masih SMA. Aku sebenarnya tak ingin dilahirkan di keluarga yang mampu, jika aku hanya dijadikan formalitas. Ya,... Bundaku adalah seorang wanita karir. Lebih tepatnya pemilik restoran Korean Food di Bilangan Kemang, sedangkan Ayahku adalah seorang politikus super sibuk.
Sebenarnya aku punya seorang kakak laki-laki.  tetapi ia lebih memilih tinggal bersama Eyang di Jogja dari pada ikut Ayah dan Bunda di Jakarta,. Karena menurut Kak Abie, tinggal bersama Eyang lebih nyaman dari pada di Jakarta,. Dan Itulah yang sekarang aku rasakan, kegalauan hati. Bayangkan saja, dirumah hanya sama Si Mbak, dan itu sangat membosankan. Walaupun semua yang aku inginkan terpenuhi namun itu saja tak cukup buatku.
“Al, udah pagi sayang. Nanti kamu terlambat sekolahnya,” seru Bunda membangunkan ku.
“Iya, Bun. I know!” jawabku malas.
“Cepetan mandi, Bunda udah siapin nasi goreng buat kamu,” ucap Bunda.
“Iya iya,” ucapku tegas.
Kalau Bunda udah ngomel artinya udah jam enam tepat, dan aku harus siap-siap mandi. Setelah selesai mandi aku cepat-cepat turun karena jam tangan ku udah pukul 06:34.
            “Al, Bunda udah siapin nih, duduk dulu dong!” kata Bunda.
            “Emm... Gak usah deh, Bun. Aku bisa sarapan di kantin kok, lagian udah siang takut telat...” ucapku sambil mengecup dahi Bunda dan tangan Ayah.
            “Ya udah kalo gitu, hati hati ya,...!” ucap Ayah
            “Iya, Yah, Alika berangkat dulu,. Love You....” pamit ku
             Di depan, Honda Jazz biru muda ku udah menunggu,.
            “Selamat pagi, Non,” sapa mas Bejo dengan senyum sumringahnya.
            “Iya, Pagi Mas,” jawabku sambil masuk ke mobil.
Sesampainya di sekolah Pak Karyo telah menunggu di depan gerbang lengkap dengan kumis yang tebal.
            “Pagi Pak,” sapa ku pada pak Karyo.
            “Pagi Al, gak dianterin Ayah?” tanya pak Karyo sok baik.
Tumben pak Karyo tanya tanya soal Ayah, biasanya juga marah-marah. Gerutuku dalam hati.
            “Enggak Pak, kan biasanya dianterin supir pak, jarang dianterin Ayah,” jawabku
            “Lho masak si? Kok bapak baru tau” tanya pak Karyo
Aku hanya membalas dengan senyuman polos. Sembari meninggalkan Pak Karyo.

Uhh,.. gara gara Pak Karyo, jadi harus lari deh ke kelas, soalnya jam pertama ku mapel PKN yang gurunya Killer abis, takut kena semprot.
Benar saja, Pak Yudha udah dikelas tapi beliau tidak sendiri dia sama Bu Anggun. Bu Anggun itu guru BK di sekolah ku, rupanya Bu Anggun itu mau ngenalin murid baru di kelas ku.
            “Hay semua,... perkenalkan nama saya Septian Aldiano Baihaqi, kalian bisa memanggil saya Tian, Aldi, ato Haqi, terserah kalian, saya harap kita bisa berteman.” Sapa anak baru memperkenalkan diri.
            “Em, Aldi kamu bisa duduk di sebelah.....” kata Pak Yudha menggantung, sambil melihat tempat kosong.
Dan satu satunya tempat yang kosong itu di sebelah ku. Uuh, Sial!
            “Alika..” sambung pak Yudha.
Tanpa menjawab si anak baru pun duduk disebelah ku dengan tampang sok kerennya itu.
            “Hey, Aldi..” sapa anak baru sambil mengulurkan tangannya.
            “Alika” ucapku sambil menjabat tangannya, dan senyum simpul tanda sok ramah ke Aldi.
            “Alika?? Namanya kaya Almarhumah adik gue,” kata Aldi sok akrab.
            “Terserah loe, yang pasti saat orang tua gue ngasih nama ke gue, mereka gak kenal adik loe.” Ucap ku ketus.
Aldi terdiam dan tak membalas ucapan ku. Tetapi dia hanya senyum manis plus lesung pipit di pipi kirinya, tepat disebelah ku.
Sebenarnya aku gak terlalu suka dengan kehadiran Aldi disebelah ku. Apalagi dia lumayan keren pasti duo ubur-ubur itu pasti langsung minta pin BB nya deh. Bukan karena aku Jealous sama mereka, tapi emang dari awal aku agak kurang suka aja sama mereka.
            Benarkan kata ku, belum istirahat aja kelas udah kaya pasar. Semua pada kenalan sama Aldi, dan itu ada artinya mereka mengganggu aktifitas rutin ku buat baca novel terbaru dari para Young Writer.
            “Aldi,... kenalin gue Luna” ucap salah satu anggota duo ubur ubur.
            “Dan gue Maya, jadi kalo kita disatuin jadi Luna Maya,... hahaha” lengkap duo ubur ubur yang satu.
            “Aldi” jawab anak baru dengan senyumnya.
Dan itu membuat tempat ku panas, karena banyak orang disekitar ku. Akhirnya pun aku memutuskan untuk keluar kelas cari udara segar.
            “Alika,. Loe mau kemana?” tanya Aldi
            “Keluar, cari angin, disini gerah!” jawabku sambil menjauhi tempat duduk ku.
            “Udah lah, biarin si Alika keluar, kan disini ada kita Luna Maya,yang siap nemenin kamu 24 jam non stop.” Kata duo ubur ubur menghibur Aldi.
Aldi hanya menjawab dengan senyum simpulnya.
“Buk, bakso sama jus jeruk ya satu.” Pesen ku sama bu kantin.
            “Iya mbak.” Jawabnya
Sambil nunggu bakso, aku duduk disalah satu sudut kantin.
            “Ehh,.. Alika disini.” Ucap Bondan mengagetkan ku.
            “Ih, ngapain si loe di sini, ganggu hidup gue aja si loe,.” Sahut ku dengan nada ngusir.
            “Lah loe disini ngapain?” tanya Bondan
            “Ngepel” jawabku cuek.
            “Yaudah aku bantuin ngepel hati kamu ya biar bersih, dan biar tinggal gue aja yang ada di hati kamu.” Kata Bondan
Akhirnya pesenan ku datang, tapi karena ada Bondan aku gak napsu buat makan.
            “Buk, makanannya suruh dia aja yang makan, gue udah gak mood. Nih uang nya.” Kata ku ke Buk kantin.
            “Ini kembaliannya mbak.” Sahut bu kantin.
            “Udah ambil aja.” Kata ku sambil pergi ninggalin kantin.
Ih, hari ini sial banget si, di kelas ada si cowo rese dengan dua pengikutnya, di kantin ada penjaga makam, gerutuku dalam hati. Bondan itu anaknya baik, perhatian  pula, tapi  pergaulannya aja yang salah. Dan hal itu lah yang membuat aku menjauh dari Bondan. Tak terasa waktu istirahat usai, aku pun harus kembali ke kelas.
            “Gimana, anginya udah dapet?” tanya Aldi ngeledek.
Tapi aku hanya menjawab dengan tatapan sinis ke dia, pertanda bahwa aku males buat jawab pertanyaannya.

Setelah sebulan kita duduk bersama, kita mulai akrab.
“Al,” panggil Aldi mengangetkan ku.
            “Apa si loe, dari tadi ganggu hidup gue aja si” bentak ku.
            “Yaelah Al, gue kan Cuma pengen kenal deket ama loe aja kok, loe kenapa sinis mulu ama gue, Gue punya salah apa ama loe?” jelas Aldi.
            “Udah lah, loe mau ngomong apa si?” tanya ku
            “Nanti malem kan Satnight,” jawab Aldi
            “Lha trus, kalo satnight, loe mau bilang ke gue, kalo loe nanti malem mo jalan ma Luna Maya gitu? Eh, asal loe tau aja ya, mau satnight kek mau malem jum’at sekalipun gue gak peduli, dan satu lagi loe mau jalan ama duo ubur-ubur kek, ama duo nying-nying kek, terserah loe, I DON’T CARE!” jawab ku tegas.
            “Lhah kok gitu si, gue kan mau ngajak.....” kata Aldi gantung, karena tiba tiba Bondan dateng nyamperin aku ke kelas.
            “Hey Al, eh ini anak baru, kenalin gue Bondan, calon pacarnya Alika” kata Bondan ke Aldi.
            “Eh Kodok, siapa yang mau ama loe,! Sorry sorry to say ya...!” jawab ku
            “Aldi, oh anak sebelah ya?” Jawab Aldi ramah.
            “Udah lah gak usah dengerin kodok” kata ku sambil narik tangan Aldi pergi ninggalin Bondan.
            “Loe tadi mau ngomong apa?” tanya ku ke Aldi sambil jalan ke kantin.
            “Gue mau ngajak jalan loe, mau gak?” jawab Aldi polos.
            “Hahahahah,............. loe mau ngajak gue kemana, tuyul?” tanya ku.
            “Emm,.. nanti malem di angkringan punya tante gue ada Stand Up Comedy Comic 8 lho, loe kan suka ama stand up comedy kan?” jawab Aldi
            “Dari mana loe tau gue suka stand up comedy?” tanya ku
            “Apa si yang gue gak tau dari loe, pokoknya gue nanti malem jemput jam 7 malem on time, OK Beb!” jawab Aldi simpel
           
Jam kamar ku udah nunjukin jam setengah 7, artinya 30 menit lagi Aldi jemput. Dan aku belum siap siap. Tiba tiba aku inget Aldi kan Cuma ngajak ke angkringan, berarti aku cukup pake T-Sihrt berwarna biru tua bawahan Jeans gelap, jaket item dan sepatu ket abu abu yang jadi pelengkap.
            “Non, sudah dijemput” panggail si mbak dari luar.
            “Iya mbak, suruh nunggu bentar, kasih minum aja dulu.” Ucap ku.
Tiba tiba terdengar suara mobil Ayah memasuki halaman rumah, dan tak lama kemudian Bunda keluar dari mobil.
            “Lho ada tamu ternyata” kata Bunda.
            “Malem tante om, saya Aldi” sapa Aldi ke Bunda dan Ayah.
            “Aldi? Perasaan Alika gak punya temen namanya Aldi.” Ucap ayah heran
            “Iya Om, saya temen barunya Alika, saya baru pindah ke Jakarta satu bulan lalu.” Jawab Aldi.
            “Oh, pantesan Tante baru liat kamu, mau kemana malem malem gini?” tanya Bunda sambil duduk di sebelah Aldi.
            “Ih, Bunda kepooo deh, urusan anak muda tau” Sahut ku sambil pamitan.
            “Iya deh,.... hati hati ya Aldi. Om dan tante nitip Alika sama kamu.” Pesen Ayah ke Aldi.
            “Iya Om, kalo gitu kita pergi dulu, permisi” pamit Aldi ke orang tua ku.

Sepulangnya dari pergi, aku langsung istirahat, karena malem ini sangat melelahkan.
Tetapi, bukan mimpi indah yang aku alami, tapi aku insomnia karena, jam dinding menunjukkan pukul 00:00 aku tak kunjung tidur, kalo di liat liat, Aldi manis juga, dibanding Bondan, Aldi lebih manis dengan lesung pipitnya. Ehh,. Kenapa aku jadi mikirin Aldi ya,..???
Hari telah pagi, mentari minggu pun telah bangun.
“Al,... udah ditunggu Aldi tuh di depan.” Ucap Bunda mengagetkanku.
“Aldi, Bun? Ngapain dia kesini?” tanya ku pada Bunda.
“Yah,... mana Bunda tau, udah sana mandi nanti langsung temuin dia.” Perintah Bunda.
Melihat Aldi duduk diruang tamu, aku pun bergegas menemuinya, takut Ayah mencecar dengan pertanyaan anehnya.
“Eh, ngapain loe pagi pagi udah ngapelin Ayah gue?” tanyaku ke Aldi.
“Lho kok Ayah si Al, ya kamu lah..” ucap ayah.
“Lanjutin aja ngobrolnya ya, Ayah sama Bunda mau joging dulu” pamit Bunda.
Ternyata kedatangan Aldi ke rumah untuk ngajak keluar, tapi karena aku masih capek karna semalem, aku nolak buat keluar. Tapi, saat Aldi hendak pulang, Bunda mengajak untuk sarapan bareng. Tanpa basa basi ayah menarik tangan Aldi tanda selamat datang.

Seminggu setelah aku dan Aldi resmi pacaran, Aldi ngajak pergi kesuatu tempat yang aku sendiri kurang tau, ternyata tempat itu adalah tempat favorit adiknya saat dia masih hidup. Aldi sangat rindu dengan nya, katanya saat dia melihatku jiwa adiknya terkubur dalam diriku. Setelah kita merasa lelah, kita mutusin untuk pulang.
Ternyata di sekolah satu kelas udah tau jika aku dan Aldi pacaran, yaaa... apa yang salah? Di tata tertib tidak tertulis larangan untuk pacaran. Mereka tau gara gara waktu kita jalan ketemu sama duo ubur ubur yang ratu gosip. Yaudahlah,.. gak ada yang salah kok!
Hari Senin udah diumumin UN, yang artinya aku harus fokus sejenak demi cita cita ku. Uhh, mungkin itu menguras pikiran tetapi itu gak ada jalan lain.
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, selama empat hari aku mengadu nasib. Sejak SMP aku punya cita cita bisa kuliah di Inha University, universitas favorit di Korea Selatan. Setelah kurang lebih satu bulan pengumuman kelulusan pun aku terima, dengan nilai yang sangat memuaskan, malem harinya aku menerima email dari Korea dan ternyata aku diterima di universitas impian ku. Namun, aku bimbang harus pergi ke Korea ataukah mempertahan kan hubungan dengan Aldi???? Beribu ribu pertanyaan pun menghantam otak ku. Aku tak bisa memendam ini sendiri, orang tua ku menyuruh untuk ke Korea namun aku berat untuk pergi, akhirnya aku minta saran ke kak Abie, kakak ku tersayang. Namun, dia memberikan pendapat yang sama dengan orang tua ku. Anggapannya pacaran kan bisa LDR, tapi aku gak bisa membayangkan tentang LDR. Uhh... entahlah.
Aku meminta saran ke Aldi, Aldi pun mengizinkan aku pergi dan berkata bahwa kesempatan tak datang dua kali, tak hanya itu dia pun berjanji akan menunggu ku. Mendengar tentang hal itu, aku pun pergi dengan berat hati. Tetapi, karena memang ini sudah keputusan ku dari SMP, aku pun berusaha membanggakan mereka.
Empat tahun bukan waktu yang singkat, aku disini harus berjuang sendiri tanpa Ayah,Bunda, maupun Aldi. Aku disini benar benar sunyi. Aku merasa bosan hidup disini, namun aku tak bisa meninggalkan Boarding ku. Tak semua orang bisa kuliah disini, aku sudah mendapatkannya, dan aku telah berjanji pada orang tua ku, aku akan pulang jika udah dapet gelar DOKTER.
Akhirnya, aku pulang dengan membawa oleh oleh gelar didepan namaku. Namaku sekarang “Dr. Alika Sabrina Zafran” dan aku sangat bangga. Empat tahun bukan waktu yang mudah untuk ku, banyak rintangan yang aku hadapi. Setelah aku resmi mendapat gelar itu, aku pergi ke Bandung untuk menemui Aldi, rasa rinduku padanya sudah di ujung tanduk, aku hanya bisa mendengar suaranya tanpa aku bisa menatap matanya seperti dulu.
Kedatangan ku di Bandung disambut hangat oleh keluarganya, orang tuanya sangat menerima kehadiranku, sampai sampai Umi nya Aldi menyuruhku untuk bermalam disana, karna mereka sangat rindu dengan kehadiran anak perempuan, Aku pun tak bisa menolak. Malam itu banyak hal yang kami bahas, hingga lupa waktu udah tengah malam. Dan akhirnya pun kami tidur dengan nyenyak.
Malam telah usai,. Pagi pun telah menyapa.
Aku tak ingin menyianyiakan waktu ku disini, Uminya Aldi mengajak ku berkeliling desa menikmati udara pagi..... Sungguh hal yang tak pernah aku dapatkan sewaktu di Seoul. Bunda juga tak pernah memberikan ini padaku, Bunda udah sibuk dengan restorannya, aku hanya mendapatkan ini ketika aku di Jogja bersama Eyang.
“Alika, Umi nanti mau masak Udang bakar, kamu mau kan?” tanya Umi ke aku.
“Umi, Alika diajak jalan jalan seperti ini aja udah seneng banget kok,” jawab ku.
“Umi sangat rindu dengan adiknya Haqi, dia pergi saat baru SMP, karena sakit” ucap bunda sedih.
“Kalo boleh tau, sakit apa mi?” tanya ku.
“Dia sakit leukimia”jawab umi.
“Umm... maaf umi kalo kehadiran Alika disini buat umi sedih.” Ucapku pelan
“Umi udah lama kehilangan putri umi, sejak saat itu,  umi seperti kehilangan separuh nafas umi, umi hanya bisa mendo’akan nya, tanpa bisa memeluknya, saat kamu kesini umi seneng banget karena umi bisa liat sosok putri umi di kamu, dan ternyata nama kamu juga sama kaya adiknya Haqi.” Terang umi.
“Aldi udah pernah cerita tentang adiknya, tapi dia gak mau cerita kenapa adiknya pergi” ucapku.
“Haqi dari dulu dekat sekali dengan adiknya, sejak adiknya pergi Aldi merasa kehilangan arah, makanya itu dia pindah ke Jakarta dan ketemu sama Alika” kata Umi.

Setelah kepulangan ku dari Bandung, ayah memberi tahuku bahwa beliau akan ke Jerman satu bulan dan mau gak mau bunda harus menemani ayah. Aku kembali sepi, aku tak mengharapkan itu, walaupun saat di Seoul aku sendiri, namun aku tak ingin itu terjadi kembali.
Akhirnya aku ikut dengan ayah ke Jerman, itu artinya aku kembali LDR. Walaupun itu mimpi buruk karena Aku harus meninggalkan Indonesia untuk beberapa waktu kedepan. Sebulan di Jerman aku rindu dengan Aldi. Aku ingin tugas ayah disini cepat selesai.
Akhirnya satu bulan pun cepat berlalu, namun Ayah memutuskan pulang dua minggu kemudian dari waktu awal. Tapi, aku memutuskan untuk pulang sendiri tanpa Ayah dan Bunda. Tetapi aku pulang bukan ke Jakarta, tetapi ke Jogja, aku sangat rindu dengan kak Abie dan Eyang, aku menghabiskan waktu ku satu minggu disana. Berarti 5 bulan aku gak ketemu Aldi, akhirnya aku pun pulang ke Jakarta.
Bukan kabar baik dari Aldi, melainkan Aldi ingin melanjutka study S2 nya di Kairo.
“Haruskah aku kehilangan kamu, untuk yang kedua kalinya?” tanya ku dengan nada sedih.
“Alika, aku pergi untuk kembali” ucapnya lirih.
“I know, satu tahun setengah itu lama Di, bukan seperti sehari!” tegas ku.
“Aku tak bisa menolak keinginan Abi dan Umi, sayang” jawabnya.
“Aldi,.. Don’t leave me alone” pinta ku dengan air mata yang mengalir di pipi.
“I’m Sorry, I Can’t, My lovely” ucapnya dengan memuluk ku.
Pertemuan terakhirku, membuat aku ingin pergi meninggalkan Jakarta. Seiring dengan kepergian Aldi. Aku memutuskan tinggal di Jogja untuk sementara waktu, agar pikiran ku tak lelah.
Aku harap dengan kepergian Aldi ke Kairo, membawa angin segar dalam hidup kita. Ahh,. Ini sangat rumit, di Jogja aku mencurahkan semua ini dengan kak Abie dan Eyang, kak Abi menasehatiku agar membiarkan Aldi pergi untuk sementara waktu.
Ahh,.. aku jadi teringat akan pepatah lama “BERAKIT RAKIT KE HULU BERENANG RENANG KETEPIAN, BERSAKIT SAKIT DAHULU BERSENANG SENANG KEMUDIAN”. Aku harap pepatah itu terjadi antara aku dan Aldi.

#THE END#








                                                                                      By: @LailyAlkhatiri_